humor~Teis Terbuka dan Teis Tertutup

Dalam sebuah kelompok dialog global, ada diskusi mengasyikan. Tersunting dari percakapan dua orang yang saling bersahutan. Lebih kurang demikian.

"Bagaimana rasanya menjadi seorang ateis?"

"Apakah kau percaya Yahweh? atau Visnu? atau Thor?"

"Tidak..aku tidak percaya."

"Iya..seperti itulah rasanya."

"Lalu apa yang kau percayai? karena aku mempercayai satu dan bukan yang kau sebut itu."

"Ini mungkin bukan tentang percaya dan tidak percaya. Lebih pasnya ini adalah tentang tahu dan belum tahu saja."

"Maksud kau?"

"Apakah kau merasa dimusuhi oleh selain yang kau percayai itu?"

"Tidak..aku tidak merasa dimusuhi."

"Kenapa?"

"Karena Tuhanku hanya satu. Tuhan yang aku percayai itu. Yang lain tidak."

"Coba kau tinggalkan yang kau percayai itu. Siapa yang akan mencibir dan memusuhimu?"

"Semua akan mencibir dan memusuhi. Itu sudah pasti."

"Apakah termasuk juga pemeluk teis lain?"

"Iya semua akan mencibir dan memusuhi. Tidak terkecuali."

"Kau tahu? Itu karena kau mengatakannya. Coba kau tidak mengatakannya dan diam saja. Itu tidak akan terjadi."

Percakapan hening sejenak. Kemudian,"Berarti semua manusia di muka bumi ini berpotensi menjadi ateis?"

"Bukan...bukan seperti itu. Justru sebaliknya. Kalau memahami percakapan tadi, ateis sejatinya tidak pernah ada."

"Berarti kau bukan seorang ateis? Tapi Mengapa kau mengiyakan ketika orang menyebutmu ateis?"

"Ah itu hanya sebutan untuk menandai rasa ketidakpercayaan yang senada saja. Lagi pula apakah mereka tahu semua nama teis di muka bumi ini?"

"Hehe benar juga. Tadi kau bilang Thor. Aku memang tidak percaya dia. Dia selalu membohongiku. Aku pikir kau kenal dia. Rupanya Thor nama Tuhan juga ya..hahaha.."

"Nah itu..nama Tuhan orang lain kau tertawai. Bagaimana kalau kau berada di kumpulan mereka dan mereka tidak suka humor?"

"Apakah aku akan dicincang?"

"Yah kau boleh mencobanya kapan-kapan."

Dalam ruang dialog itu hanya mereka berdua yang tertawa. Sisanya mungkin sedang bengong, enggan membaca dan tidak mau tahu.(*)