Edukasi~Bersedekap Deteksi Dominasi Otak

Bersedekap Deteksi Dominasi Otak

Ini adalah uraian pengalaman pribadi. Pengalaman dalam mendidik anak. Kerisauan akan meleset cara mendidik yang berakibat fatal, membuat pikiran mencari tahu.

Pernahkah sebagai orang tua, misalnya dalam membantu si anak menyelesaikan tugas sekolah membuat kita kesal?

Hal itu sering saya alami. Terutama pada soal hitung menghitung. Matematika. Anak yang sudah sekolah menengah dan dua adiknya yang masih tingkat dasar, sepertinya mengalami kendala itu.

Saya memahami betul bahwa seekor harimau tidak akan pernah bisa terbang. Bagaimanapun cara mengajarinya. Namun dengan cara mendidik yang benar setidaknya masih ada celah untuk harimau mengetahui cara terbang dalam perspektif lain. Dalam bentuk lain.

Penjelajahan, pencari-tahuan tentang cara mengajar dan mendidik anak yang benar, akhirnya bermuara pada dominasi otak. Mereka tentu mempunyai otak. Otak kiri dan otak kanan. Keduanya mempunyai fungsi dominan yang berbeda.

Otak kanan mempunyai fungsi hal-hal yang berhubungan dengan kreativitas, seni, musik, ekspresi. Dan merupakan pusat Emotional Quotient (EQ). Sementara otak kiri mempunyai fungsi yang berhubungan dengan logika, rasio, kemampuan menulis dan membaca. Otak kiri merupakan pusat dari Intelligent Quotient (IQ).

Sampai di sini kemudian saya mencari tahu otak mana yang dominan bekerja pada sang anak. Akhirnya google juga yang memberi jawaban itu.

Sikap bersedekap, sikap kedua tangan menyilang di dada bisa menjadi jawaban. Apabila tangan kanan berada di depan atau di atas, maka otak kiri lebih dominan. Demikian juga sebaliknya.

Boleh jadi. Selama ini membutuhkan penjelasan yang cukup panjang dan rinci untuk bisa dikata mengerti akan persoalan matematika. Iya, pada ketiga anak saya itu. Karena ketiga-tiganya bersedekap dengan tangan kiri di depan.

Di hari lain, saat saya mulai mencoba membuka usaha baru. Usaha potong rambut di rumah. Anak ragil yang lincah bersepeda di seputaran perumahan, justru sudah melakukan promosi. Memberitakan dan mengajak agar bercukur di tempatnya yang baru. Entah itu kepada teman sebayanya atau kepada orang-orang yang lebih tua. Ini mungkin fungsi otak kanan yang kreatif dan penuh ekspresi.

Akhirnya saya bisa merasakan lega. Walau juga menyadari bahwa ini bukanlah satu-satu faktor yang mempengaruhi lempengnya perjalanan sang anak. Ada segunung faktor lain di luar sana.

Ibarat hamparan ladang. Setidaknya saya sudah mengetahui dan memahami sifat, kontur, tekstur dan tentunya keinginan dari tanah ladang tersebut. Agar tepat menandurinya dengan tanaman apa. Menjadi tumbuh sehat dan berbuah sesuai harapan. Inilah yang dimaksudkan dengan harimau terbang dalam perspektif lain. (*)

Komentar

Postingan Populer