Humor ~ Ongkos Remedi Iklan Gratis
"Beli satu renceng kopi..berapa pak?" tanya seorang Ibu seraya mengambil serenceng kopi dimaksud.
"Tiga ribu..," sahut Samudji enteng.
"Haahh? Berapa Pak?" tanyanya lagi.
"Lima ribu..," sahut Samudji lagi dengan senyum tenang mengembang. Harganya memang lima ribu rupiah.
"Lho tadi Bapak bilang tiga ribu. Sekarang lima ribu. Mana yang benar?" tanya si Ibu serius bercampur heran.
"Benar Bu. Tadi harganya tiga ribu. Tetapi Ibu tidak bayar. Malah bertanya lagi. Biaya mengulang jawaban, dua ribu. Jadi total lima ribu. Dan belum ditambah biaya menjelaskan lima ribu lagi. Sekarang jadi sepuluh ribu. Bagaimana Bu?" ujar Samudji panjang lebar.
Belum sempat dijawab, seorang Bapak dari timur masuk warung. Cepat mengambil sebotol minuman energi.Langsung menuju kasir.
"Berapa dia punya harga..?" tanya si Bapak sambil menuding botol.
"Seribu..," sahut Samudji agak perlahan. Berusaha agar tidak didengar namun harus dijawab. Tak elok kalau cuma berbisik.
Uang logam seribu rupiah segera diserahkan. Kemudian si Bapak polos berlalu. Tidak memberi kesan apapun.
Sang Ibu bengong menyaksikan kejadian cepat itu. Dia mengetahui harga minuman yang dibeli si Bapak, bukan seribu rupiah. Dia langsung menyorot Samudji. Kemudian cepat mengeluarkan selembar uang lima ribu rupiah.
"Warung aneh..!" celetuknya sambil bergegas keluar.
Sampai di depan warung, sebelum berbelok si ibu menoleh lagi ke arah Samudji. Disambut jempol oleh Samudji.
"Berlagak budeg juga perlu biaya bu..," gumam Samudji senang. Sudah menebar sebuah pelajaran.
Di hari berikutnya mungkin penasaran, sang Ibu datang lagi. Bahkan membawa rombongan ibu-ibu.
Mereka langsung menyerbu warung kelontong Samudji. Berbelanja seperti seakan berhari raya.
"Wah..wah..wah..sepertinya ibu akan pulang kampung ya..?" tanya Samudji berusaha ramah. Senang menyadari beberapa tempat di rak barangnya kosong pindah ke meja kasir. Malahan beberapa langsung dimakan.
"Ah enggak paak...cuma keperluan bulanan..," sahut salah satunya.
Sang Ibu yang sudah dapat pelajaran budeg hari sebelumnya, terlihat tersenyum lebar. Sesekali menyorot Samudji naik turun. "Bangkrut kau hari ini," mungkin demikian pikirnya.
Saat pembayaran, berlangsung ramai cenderung ricuh. Tiap barang ditanyakan harganya. Samudji memberikan harga yang sebenarnya. Suaranya keras, tegas dan tandas. Tidak terdengar pertanyaan ulang. Apalagi kata, "Hahh?"
"Siapa mau rugi?" pikir Samudji.
Samudji bersuka cita. Hari itu barangnya laku banyak. Walau hampir setengahnya yang sudah di meja kasir, dikembalikan lagi ke rak. Karena harga yang tiba-tiba melonjak keras.
Saat mereka pulangpun, di depan warung suasana masih riuh. Samudji sempat mendengar celoteh salah satunya.
"Jeung... Besok-besok kalau becanda jangan sampai keluar duit dong..payah..mana se-RT lagi..." ***

Komentar