Humor | Sengat Kehangatan Ibu Yoma

"Sudah selesai masak bu..? Masak apaa?" setengah berteriak ibu Yoma dengan logat khas. Suaranya melengking menusuk gendang telinga. Burung peliharaan warung makan Jawa sebelah laundry sampai menoleh kaget.

"Oh..iya..iyaa..ah masak.. Sudah bu.. Oh masak apa ya..sayur aja buu..iya sayuur," sahut sang ibu laundry dari seberang jalan. Suaranya direndah-rendahkan. Dicukup-cukupkan sekiranya sampai ke telinga bu Yoma.

Dia tidak mau menambahkan jawaban misalnya dengan mengatakan masak tempe atau lauk yang lain. Seperti kejadian beberapa hari sebelumnya. Alih-alih bersapa ringan akhirnya menjadi panjang.

Saat itu Ibu Yoma malah memberikan resep cara mengolah tempe agar lebih bervariasi. Resepnya sanggup mengubah rasa tempe menjadi rasa rendang. Tempe seakan menjadi daging yang lembut nan empuk.

Tentu tidak akan menjadi panjang seandainya ibu Yoma menuliskan resepnya pada secarik kertas. Namun saat itu ibu Yoma menuturkan dengan panjang lebar. Suaranya keras. Uniknya dia bertutur sambil menyapu di pelataran depan kantor.

Yang membuat dahi sampai mengernyit dan pengunjung warung makan sebelah laundry sampai memperhatikan dengan seksama, adalah saat ibu Yoma juga menuturkan bagaimana cara membuat santan yang baik dan benar.

"Ada-ada saja," komentar salah seorang pengunjung warung. Kawannya yang tukang las malah menyahut, "Bro, aku baru tahu..ternyata begitu cara membuat santan. Kau dengar ibu itu? Bagaimana mungkin kelapa yang bulat jelek itu bisa menjadi air putih dan pekat. Sementara aku tahu air kelapa itu bening. Malah dulu, aku sempat mengira santan itu dari air kelapa jenis yang lain."

"Ya sudah sana.. Kau berterima kasih pada ibu itu," ujar pengunjung warung seperti tidak percaya dengan pengakuan polos kawannya itu.

Pagi itu jalanan kecil depan kantor masih lengang. Ibu Yoma bekerja sebagai tukang bebersih di sebuah kantor distributor sabun batangan. Dia selalu tiba dua jam lebih awal sebelum pegawai kantor yang lain mulai berdatangan.

Mungkin itulah sebabnya. Dalam satu jam tugasnya membersihkan kantor yang tidak begitu besar sudah selesai. Nah masih ada satu jam lagi. Dengan tipe seorang yang tidak nyaman tanpa teman, tentu tidak betah sendirian dalam ruangan. Maka keluarlah dia untuk sekedar menyapa.

Laundry dan kantor tempat ibu Yoma bekerja, saling berhadapan. Semenjak ibu Yoma bekerja, percakapan ringan sering terdengar. Boleh dibilang semua tetangga kantor tempatnya bekerja pasti mendengar. Ya karena itu, suaranya yang begitu unik, keras, melengking dan sesekali menukik tajam.

Seperti misalnya kepada pak Dedi, tetangga sebelahnya. Pemilik usaha makanan khusus melayani online. Semua tahu, pak Dedi orangnya tertutup. Sangat jarang bahkan tidak pernah terlihat ngobrol dengan tetangga.

"Paak...pagii pak Dedi.. Bapak tidur di sini ya? Tidak pulang ya? Mengapa motornya di luar? Gak takut hilang ya? Masukin saja paak.. Biar aman..kalau sampai dicuri bagaimana?" ujar Bu Yoma saat sempat melihat pak Dedi melintas.

Pak Dedi yang asal Jakarta itu serta merta kaget. Tidak menyangka mendapat serangan sapaan yang begitu hangat cenderung brutal. Mungkin baru pertama kali dalam sejarah hidupnya mendapat sapaan seperti itu.

"... Oh..pagi.. Bu.. Gak apa-apa bu.. Aman kok bu..," sahut Pak Dedi seperti salah tingkah. Pandangannya menyapu sekeliling. Seperti khawatir ada yang memperhatikan.

Ibu Laundry yang sedang mengeluarkan jemuran sempat memperhatikan. Mungkin ingin mengetahui bagaimana respon Pak Dedi. Namun cepat-cepat dia menata kembali jemurannya sambil menggulung senyum.

Belum sampai Pak Dedi hilang dari pandangan, tiba-tiba bu Yoma berseru, "Lho...mana ya keset saya..pak..paaak..Pak Dedi lihat keset saya? Lho mana dia ya...wah..apa hilang ya...siapa yang nyurii ya...paak.."

"Ndak tahu Bu...saya ndak tahu...saya baru bangun ini..saya masuk dulu Bu yaa..," ujar Pak Dedi bergegas dan menghilang di balik pintu. Dia menghindari interogasi menyengat yang bukan urusannya. Apalagi hanya untuk sebuah keset lusuh.

Saat itu semua pura-pura tidak mendengar. Pak Dedi sudah masuk. Ibu laundry juga menghilang masuk dan seketika sibuk menyeterika. Ibu pemilik warung makan Jawa melempar pandangan jauh-jauh.

Namun semua pasang telinga mengarah ke Ibu Yoma. Yang beruntung mendapat siraman rohani pagi itu adalah Pak Antok. Pegawai yang pertama datang. Semua telinga tetangga puas mendengar celotehan kisah keset lusuh.

"Hebat Ibu itu..ributnya melebihi penjual keset..," gumam si tukang las yang sudah mendapatkan ilmu santan itu. ***

Komentar

Postingan Populer