Humor~ Deklarasi dan Enaknya Soto
"KAMI sudah deklarasi. KITA juga sudah. Yang belum adalah mereka. Nah kalian? Kapan kalian deklarasi?"
Pertanyaan menarik. Mukhson dan Rasuli sedang mengutak-atiknya. Pertanyaan yang mereka dengar dari percakapan sekelompok orang di warung soto. Suaranya besar-besar padahal perawakannya sedang-sedang. Mirip orang yang sedang menelepon dengan lawan bicara yang jauh di luar kota. Agar lawan bicara mendengar dengan baik, kiranya perlu diteriaki.
"Kau tahu apa maksud pertanyaan itu? Orang itu menyebut kalian. Siapa maksudnya?" tanya Mukhson sambil memperbaiki posisi duduk di dalam angkot. Mereka sedang dalam perjalanan pulang. Hari yang melelahkan.
"Ah..Son..masih saja kau memikirkan itu. Mereka itu semua sedang lapar. Itu pertanyaan orang lapar. Kalau orang sedang lapar biasanya pikiran menjadi kacau. Bahkan bisa membuat bodoh. Mirip keledailah. Dan menjadi lebih beringas. Bodoh dan beringas. Hebat bukan? Makanya di setiap tempat kerja selalu diberikan kesempatan makan. Agar tidak ngisruh. Apa soto tadi masih kurang?" sahut Rasuli panjang lebar.
Sopir angkot yang sedang lapar melirik kaca spion. "Rupanya ada yang ngomongin soto," pikir pak sopir. Dia tidak rela dianggap keledai. Dia merasa harus menanggapi percakapan serius itu. Agar tidak terlihat bodoh. Walaupun sopir angkot, dia juga pernah bersekolah. Di dalam angkot cuma mereka bertiga.
"Maaf Pak..soto mana yang tidak membuat kenyang..boleh tahu Pak?" sela Pak sopir ingin tahu.
Belum sempat pertanyaan terjawab, pedal rem angkot reflek diinjak. Dua orang penumpang baru langsung naik. Merangsek ke belakang membuat jarak.
Mukhson dan Rasuli saling pandang. Dua orang itu ada di kelompok orang yang mereka jumpai di warung soto. Iya, orang dengan suara besar yang melempar pertanyaan unik itu, sekarang ada dekat mereka. Angkot lanjut melaju seperti tidak terjadi apa-apa.
"Oh..ya.. Pak, orang-orang lapar dan bodoh di warung soto itu memang bapak kenal? Apa mereka kawan bapak?" tanya Pak sopir melanjutkan dialog. Mimiknya serius. Sesekali melirik spion mencari lawan bicara.
Tidak ada jawaban. Lawan bicara seperti hilang. Mukhson tiba-tiba pangling tidak tahu apa-apa. Lehernya memutar mencari sumber suara. Lirikan matanya berlawanan arah dengan putaran leher. Merasa tidak menemukan sumber suara, kemudian langsung mengeluarkan gawai dan menyibukkan diri. Sesekali melepas pandang keluar angkot.
Rasuli langsung menguap. Rasa kantuk jatah malam datang lebih cepat. Perjalanan tiba-tiba menjemukan.
"Pak..bagaimana selanjutnya? Apakah deklarasi itu jadi?" pertanyaan Pak sopir berlanjut seperti mengejar.
Dua orang penumpang baru, perlahan mulai menyadari situasi. Ada sesuatu yang mengarah ke mereka. Entah apa itu. Setidaknya ada tema yang mirip dengan yang baru saja mereka bincangkan di warung soto. Pak sopir menyebut warung soto dan deklarasi. Ini menarik.
Mereka merasakan suasana aneh. Salah satu darinya mengamati dengan seksama setiap detil dari ruangan angkot. Barangkali ada sesuatu yang tersembunyi. Instingnya dikerahkan sebaik mungkin. Ada orang bertanya, ada orang menguap dan ada yang main game. Ini menantang instingnya. Teka-teki tingkat tinggi.
Tidak mungkin sopir bicara dengan mereka. Mereka baru saja naik. Namun dua orang di sebelah mereka seperti tidak menghiraukan sopir. Sopir juga tidak mengenakan headset. Dengan siapa sopir bicara?
Salah satu dari mereka kemudian menepuk lengan Rasuli. Mencari tahu sekaligus menyelamatkan seseorang dari kantuk berat. Rasuli memicingkan mata dan menjawab dengan mengangkat bahu. Mukhson melirik.
Kemudian, "Kiri Pak...kirii..sudah sampai," suara Mukhson memecah hening. Suara yang tidak menjawab pertanyaan sopir.
Mukhson segera keluar angkot. Menghirup udara segar. Membayar dan kemudian berlalu.
Dua penumpang baru terkesima.
"Dia ternyata masih lapar...," ujar Pak sopir menyaksikan Mukhson masuk warung soto lagi.
Di dalam warung soto, Mukhson bertemu sekelompok orang lagi. Terlihat seperti akan deklarasi. Salah satunya berbicara dengan keras, "KAMI sudah deklarasi. KITA juga sudah. Yang belum adalah mereka. Nah kalian? Kapan kalian deklarasi?"
Seseorang menepuk lengan Rasuli. Dia tersadar. Memicingkan mata dan memandang lekat orang yang menepuknya. Ternyata pak sopir.
"Turun di mana Pak?"
Mukhson sudah hilang. Entah turun di mana. Dua orang penumpang baru juga sudah tidak ada. Hari sudah petang. Diamati sekeliling ternyata di terminal kota. Rupanya dia tertidur dan muter-muter kota.
"Soto yang enak..," ujar Rasuli.
"Iya..iya..soto yang enak..hayo turun Pak..saya mau pulang..sudah malam..," sahut sopir tak sabar.
"Tapi saya..?"
"Cari angkot lain Pak.."
***

Komentar