Humor | Wajib Masker Wajib Makan
"Harap Jaga Jarak dan Wajib Masker."
Spanduk besar terbentang jelas di tembok pagar sebuah kantor pemerintahan desa terpencil.
Tak jauh dari spanduk itu, berkerumun orang-orang berebut bantuan sembako. Tidak laki-laki tidak perempuan. Tidak tua tidak muda. Sepakat berkerumun. Berdesakan menggapai bungkusan.
Sebagian terlihat tidak mengenakan masker. Yang mengenakan pun bermasker koyak. Bahkan beberapa hanya memaskeri dagu.
Melihat kenyataan itu seorang wartawan magang bertanya sambil menggeleng kepala pada kawannya yang juga memaskeri dagu.
"Bro...Kau lihat itu? Bagaimana cara mengatasinya?"
Kawan yang ditanya semakin serius mengamati. Tentu otaknya sedang berputar. Sejurus kemudian dia malah balik bertanya.
"Kau tahu di daerah ini berapa yang sudah kena?"
"Tidak...tidak tahu.."
"Kau tahu berapa yang meninggal di daerah sekitar sini?"
"Tidak.. Itu juga Aku tidak tahu.."
Kalimat kawannya berlanjut, "Bro..di sekitar sini, di lingkungan ini belum ada yang kena. Belum ada yang positif. Tapi sebulan ini sudah tiga orang meninggal."
"Wah..bahaya itu. Berarti di sini banyak orang tanpa gejala. Hati-hati Kau bro..," ujarnya spontan mundur selangkah sembari membetulkan letak masker. Matanya awas menatap kawan magangnya itu.
Sang kawan magang tenang saja. Setelah menenggak air mineral kemasan, dia berujar lagi.
"Tiga yang meninggal itu, satu oleh karena terlindas truk. Satu lagi gantung diri karena kena PHK tanpa pesangon. Hutangnya banyak. Nah yang lainnya kena penyakit keras dan tidak makan-makan. Orang-orang bilang kalau ada koronapun bisa dia lahap sekenyang-kenyangnya.."
Mendengar itu sang wartawan maju selangkah lagi sambil menarik masker merasa pengap sesak nafas. ***

Komentar