Humor | Normal Baru
Rasuli merasa aneh menyaksikan Mukhson. Mukhson tidak sadar sedang diperhatikan. Dia nyelonong begitu saja menembus hujan. Badannya basah kuyup. Padahal tangannya masih menggenggam payung.
"Hey Son..mengapa payung tidak kau pakai? Hujan khan masih deras?" ujar Rasuli menyaksikan Mukhson lari mendekat. Kepalanya tertunduk-tunduk menghindari butir hujan. Telapak tangan yang seadanya berusaha menutupi lingkar kepalanya yang besar itu.
Padahal sedari tadi Rasuli melihatnya sedang berpayung. Entah apa yang terlintas di benaknya, tiba-tiba saja ia bertingkah seperti itu.
"Aku kelaparan Sul..," ujar Mukhson sesaat setelah sampai.
"Apa hubungannya? Kelaparan dengan basah kuyup kau itu?"
"Entahlah..kau hubungkan sendiri saja ya...tapi kau perlu tahu, tanganku pegal memegang payung itu."
"Pegal memegang payung? Kau kawanku khan? Ada hal apa kau ini? Boleh jadi kau benar-benar kelaparan. Pikiranmu terbolak-balik. Sana makan dulu," ujar Rasuli kemudian pergi meninggalkan Mukhson.
"Hmm..Sul kau memang kawanku. Tapi kau belum sepenuhnya memahami aku. Hujan-hujan seperti ini aku sedang menerapkan kenormalan baru. Basah-basah sedikit sungguh nikmat kalau makan selagi lapar. Apalagi lauknya opor dengan nasi lembut bersambal pedas. Tahu apa kau Sul?" pikir Mukhson sambil bertingkah aneh di bibir meja makan yang kosong melompong itu. Dua gelas kosong dan beberapa potong ubi rebus sedang mentertawainya. ***

Komentar