Babad Singkat Ida Betara Ratu Ngurah ring Br. Kelandis Denpasar Bali

Babad Singkat Ida Betara Ratu Ngurah ring Br. Kelandis.

Ulasan ini disebut sebagai babad singkat oleh karena bersumber dari cerita-cerita yang diperoleh dari para tetua di lingkungan Banjar Kelandis. Di antaranya yang masih saya ingat, Bpk Nyoman Sudana dan yang lainnya lupa saya ingat. Karena bercerita sambil lalu di saat-saat yang tidak direncanakan.

Oleh karena disebut babad maka ketepatan perjalanan sejarahnya sangat relatif. Malah bisa dikonfrontir, disanggah, atau ditolak apabila ada informasi dan catatan sejarah yang lebih kompeten yang bisa dipakai.

Maka dari itu dengan sangat, dimohonkan masukan dari para penglingsir. Bukan tidak mungkin beliau-beliau tentu setidaknya pernah mendengar bagaimana perjalanan keberadaan Ida Ratu Ngurah.

Ini hanyalah semacam pemicu. Agar generasi penerus mengetahui garis besar bagaimana perjalanan keberadaan Ida Ratu Ngurah ring Banjar Kelandis.

------------
Kisah Perjalanan Pada Awalnya.

Dikisahkan pada mulanya sekitar dekade  40-an 50-an(?), bocah-bocah di lingkungan Br. Kelandis sedang digandrungi permainan barong ngelawang. Sebagaimana anak-anak jaman sekarang yang masih menyukai permainan barong ngelawang. Yang bisa dijumpai sehari setelah hari raya Galungan.

Bentuk dan rupa barong pada awalnya sangatlah sederhana. Dari bahan-bahan seadanya. Karena intinya adalah menghadirkan keriangan di tengah suasana hari raya dan hari-hari suci lainnya.

Saking antusiasnya bocah-bocah itu melakoni permainan itu, seiring waktu maka kemudian mereka ingin agar barong yang mereka miliki menjadi lebih bagus. Lagi pula saat itu tapel bangkung yang terpasang sudah mengalami kerusakan karena terlalu seringnya dimainkan.

Maka munculah ide untuk memesan tapel barong bangkung/bangkal yang lebih bagus dan kuat di Abasan, (Br. Abasan di sebelah barat Kayumas?).

Kedatangan tapel barong yang baru yang lebih bagus karena berbahan kayu yang bagus. Juga kuat dan lebih berwarna. Maka kumpulan bocah-bocah itu semakin bersemangat memainkannya. Tentu mereka juga semakin berhati-hati karena tampilan barong sudah semakin gagah.

Hingga pada suatu ketika, pada saat sedang dimainkan, salah satu bocah kerasukan. Kerauhan. Hal ini terjadi berulang kali. Setiap dimainkan selalu saja ada yang kerasukan. Hingga para manggala banjar, pemangku dan penglingsir kala itu turun tangan. Anak-anak, para bocah kala itu sudah ketakutan.

Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, maka pada saat itu para pemangku dan penglingsir memutuskan untuk 'memprelina' sang barong. Dengan menaruhnya begitu saja di Jeroan di utara banjar.

Dibiarkan kena hujan dan terik panas. Mungkin dengan begitu diharapkan kekuatan yang sempat bersemayam dalam barong, segera bisa hilang. Hal ini berlangsung cukup lama. Hari berganti bulan. Bulan berganti tahun. Musim berganti musim.

Hingga pada suatu ketika, wabah melanda desa. Tanaman di sawah terserang penyakit. Hewan ternak banyak yang mati dengan sebab tidak diketahui. Penduduk banyak yang was-was dan panik.

Hingga kemudian muncul pikiran dari para penglingsir untuk nunas tirta pada Barong di Jeroan yang sedang dalam proses diprelina itu.

Kemudian terjadilah mukjizat itu. Terjadilah keajaiban itu. Berkat tirta yang diperoleh atas ijin kekuatan dari Barong, maka segera enyah wabah yang melanda desa. Bahkan ada seorang pemangku (balian?) dari Yangbatu Kauh/Kangin(?) kala itu sedang sakit keras, bisa disembuhkan dengan anugerah tirta dari sang Barong.

Oleh karena keajaiban yang terjadi itu, maka para pemangku dan penglingsir Br. Kelandis segera melakukan rapat. Karena mereka meyakini ini sudah bukan main-main lagi.

Kala itu rapat memutuskan, Mangku Pura Dalem, kala itu Mangku Tjekug (Ayahnya Mangku Dalem yang sekarang) diberikan keleluasaan untuk mengurus dan membuat tempat yang layak untuk sang Barong.

Sebagai seorang pemangku Pura Dalem, Mangku Tjekug mempunyai banyak relasi. Salah satunya dari Pedungan. Pemangku dari Pedungan tersebut menyarankan agar tangkil ke Pura Petitenget memohon masukan sehubungan dengan keberadaan Barong tersebut.

Maka kemudian diboyonglah sang Barong tangkil ke Pura Petitenget. Setelah sebelumnya dilakukan upacara selayaknya di banjar. Di pura Petitenget kemudian, sang Barong memperoleh pica, anugerah sepasang tanduk. Boleh jadi inilah satu-satunya barong yang unik. Barong bangkal yang bertanduk.

Untuk memperingati anugerah dan segala kekuatan yang bersemayam pada Barong Ida Ratu Ngurah, maka setiap petoyan di Pura Petitenget, beliau juga hadir.

Demikian kurang lebih perjalanan singkat dari Ida Betara Ratu Ngurah ring Banjar Kelandis.

Agar ulasan lebih mendalam, kritik dan masukan selalu terbuka lebar.

Om anno badrah kratavo yantu visvattah..semoga pikiran baik datang dari segala arah.

-----------
Oleh: onet burton

Komentar

Postingan Populer