humor~Terkesima
Terkesima Satu
Seorang tukang pukul ragu menoleh. Karena merasa tidak bernama Ableh? Obleh? Gebleh?
"Hei..Bleh!" seseorang memanggil dari arah belakang. Pastilah kawan karib. Panggilan yang keras dan tiba-tiba. Bisa saja karena lama tidak berjumpa. Atau di antara mereka pernah tersangkut kenangan manis. Kenangan yang sulit dilupakan.
Ketika tukang pukul menoleh dan ternyata bukan kawan, dipastikan orang itu akan terkesima.
Kalau kenangan yang dialami sangatlah manis, boleh jadi dia akan berpikir, "Apakah dia operasi plastik? Kenapa hidungnya jadi jelek?"
Dan apalagi kemudian tukang pukul itu menyahut juga dengan antusias, "Pak Ogah ya?"
*
Terkesima Dua
"Mana Bu, coba saya bantu. Sering kok kejadian seperti ini," juru parkir menawarkan bantuan. Saat seorang ibu kesulitan memutar anak kunci sepeda motor ke posisi 'on'. Di pelataran parkir sebuah pasar tradisional.
Bermenit-menit berlalu. Keringat mulai bersemi. Kawan sang juru parkir menghampiri, "Jangan dipaksa Kang..bisa jebol..ini kasi minyak dikit..mungkin di dalamnya macet."
Sampai pada menit ke-11 detik ke-13, sang ibu pemilik anak kunci terkesima. Ternyata itu bukan motornya. Karena pemiliknya tiba-tiba sudah ada di samping. Seorang ibu ceking berteriak melengking, "Hei Pak..Paaak...itu motor saya...diapain?"
**
Terkesima Tiga
Seperti judul lagu dari Mick Jagger, Old Habbit Die Hard. Kebiasaan lama susah hilang.
Saat sedang menunggu lampu hijau di lampu merah, Murdok melihat bocah terkesima. Ada beberapa pengendara sepeda motor. Semuanya menunggu lampu. Dan semuanya bermasker.
Murdok terbiasa meludah sembarangan. Saat menunggu lampu itu, dia meludah. Meludah selagi bermasker.
Anak kecil yang berboncengan di sebelahnya memandang miris terkesima. Murdok merasa ada yang memperhatikan. Kulit mulut luarnya berlumuran ludah. Sebagian mampir di hidung.
Secepat kilat tangannya mengambil botol air mineral. Langsung dikucurkan ke mulutnya. Lagi- lagi selagi bermasker. Dan oh tidak, ternyata botol itu berisikan minyak sayur.
***
Terkesima Empat
"Es...eeeess...," teriakan memanggil terdengar garang. Seseorang menunjuk-nunjuk. Tidak sadar sedang serius dalam dua keseriusan yang berbeda. Beruntung tidak sampai korsleting.
Tukang bakso menghentikan langkah. Memutar kepala menoleh ke arah datangnya suara. Tidak ada pedagang lain selain dirinya. Mereka beradu pandang.
Tukang bakso rupanya tidak sadar kalau hari itu dia sedang menjual bakso. Sudah lama tidak berjualan es. Naluri bisnisnya siang itu sedang bagus.
Orang-orang yang melihat terkesima. Apalagi kemudian semua tahu, orang itu memanggil seseorang yang bernama Esther.
****
Terkesima Lima
Seorang penadah terkesima. Mendengar cerita seorang kawan yang biasa dipanggil Murdok. Dia seorang tukang pukul mangkuk keramik. Tukang bakso.
Dia curhat tentang istrinya yang seringkali salah motor. Entah sedang ke mana, di mana, dan saat akan pulang, istrinya sering salah motor.
Motor-motor salah itu sudah kadung dibawa pulang. Karena takut kena gebuk dan diamuk massa, motor salah itu tidak dikembalikan. Dan dia sendiri disuruh balik oleh sang istri untuk mengambil motornya yang asli.
Dia dan istri takut dituduh mencuri. Motor-motor itu mirip semua. Kembar. Dan semuanya sekarang sesak parkir di rumahnya yang sederhana.
"Bagaimana menurutmu bro?" tanyanya polos dalam serius.
"Sebentar, sebentar," sahut sang kawan sekenanya dalam keterkesimaan. Matanya menyorot naik turun pada Murdok dan istrinya, "Ada yang tidak beres di sini. Mereka sedang menawariku sesuatu," pikir sang kawan. (*)

Komentar