humor~Kiat Usaha Keluarga Ra
Rasudi tak habis pikir. Sepupunya dianggap telah meleset dalam membuka usaha. Dia pernah mewanti-wanti agar jangan sampai membuka usaha yang berhubungan dengan makanan.
"Iyaa..iyaaa.. Aku masih ingat saran Kau itu. Tapi apakah Kau tidak lihat warungku lumayan ada yang beli. Tidak sepi-sepi amat. Ada yang makan di sini. Apa Kau tidak lihat itu?" sergah Rapenak begitu merasakan gelagat akan kena ceramah sang sepupu tamatan sekolah bahasa itu.
Rasudi mengamati warung makan yang belum genap seminggu itu. Sepertinya dia mulai bisa mengalah. Ada saja pembeli yang datang. Bahkan ada yang memborong memesan dengan dibungkus.
Rasa penasarannya menoleh ke daftar harga. Tidak terlalu murah. Bahkan harga yang tertera adalah harga yang wajar. Sebagaimana dia biasa makan di tempat lain.
Sejurus kemudian muncul Mbakti, istri Rapenak. Mengendong anaknya yang masih bayi. Sejak kelahirannya, Rasudi belum sekalipun pernah menengok. Maklum, tinggal di lain kota membuat mereka jarang bertemu.
"Oalaahh...sampai lupa Aku..rupanya Kau sudah punya bayi...siapa namanya?"
"Ram....panggilannya Ram...," sahut Rapenak polos dengan senyum mengembang lebar. Gigi depannya terlihat semua.
Sorot mata Rasudi belum puas. Namun binar bening mata Ram puas menyorot raut lelah Rasudi.
"Ram? Ram siapa?" tanya Rasudi tak putus-putus memandangi bayi lelaki lucu itu.
"Ram Larat..Aku beri nama Ram Larat..bagus khan?" ujar Rapenak sambil berlalu membersihkan meja bekas orang makan.
"Hmm..nama yang sungguh meyakinkan," desah Rasudi memandangi antrian orang membeli di warung Rapenak.(*)

Komentar