Humor | Lemon dan Tarikan Nafas
Seorang bapak bermasker sedang asyik memilih buah lemon. Mungkin ada pesanan beberapa buah untuk melengkapi lezatnya masakan hidangan malam.
Yoyenko, bekas TKI Eropa Timur memperhatikan sedari tadi. Agar orang bermasker itu lebih semangat memilih, Yoyenko membacakan pikirannya. Sepanjang bercerita orang bermasker itu hanya mangut-mangut saja. Tanpa sedikitpun mengeluarkan suara.
Tukang buahpun turut terlena mendengarkan. Apalagi nafasnya yang sesak itu sudah mulai lancar kembali. Hingga kepalanya yang acap kali merasakan pusing, sudah agak mendingan. Saking seriusnya cerita yang mirip berita itu. Sampai akhirnya ia tertidur pulas di tumpukan buah naga.
Didahului dengan menarik nafas panjang. Dan mulailah monolog itu.
"Bapak mungkin pernah mendengar atau membaca kisah seorang lelaki usia enam puluhan yang menyebabkan kencangnya penjualan buah lemon di penjuru negeri."
"Iya, benar oleh karena hanya mengkonsumsi air buah lemon untuk meredakan sakit tenggorokan yang sesekali datang, akhirnya pemasangan ring pada pembuluh darahnya yang sudah terjadual beberapa bulan sebelumnya, gagal."
"Tentu ini kegagalan yang membahagiakannya. Karena dokter ahli yang menanganinya tidak menemukan lagi pembuluh darah yang menyempit itu. Di layar monitor, terlihat pembuluh darah di sekitar jantungnya, bersih. Tidak ditemukan penyempitan sebagaimana hasil deteksi beberapa bulan sebelumnya."
"Apa yang sudah bapak konsumsi selama ini?" tanya sang dokter kala itu yang tentu bukan sekedar basa basi. Akhirnya dengan sumringah sang bapak pulang dan hanya mengeluarkan biaya tiket pesawat pulang pergi Jakarta Kuala Lumpur. Dan menuliskan kisahnya yang kemudian menjadi viral."
"Mungkin bapak juga pernah mendengar kalimat, "Tarik nafas...tarik nafas dalam-dalam," pada suatu kejadian. Misalnya kecelakaan berkendara. Seseorang mengalami kejutan. Mungkin terpelanting atau terbentur benda keras. Saat siuman, beberapa yang paham mesti ada yang melontarkan kalimat itu. Atau ada juga yang menyodorkan air putih."
"Dua hal menarik, tarik nafas dan air putih. Keduanya mengandung oksigen. Zat yang penting untuk hidup. Air putih tentu hampir semua mengetahui manfaatnya. Nah, dalam kehidupan sehari-hari, pernahkah kita menyadari akan tarikan dan hembusan nafas kita?"
"Saat kita duduk ataupun berdiri dan melakukan berbagai aktivitas, pernahkah kita memperhatikan tarikan nafas kita? Setidaknya seberapa sering kita memperhatikannya? Jawabnya tentu tidak. Atau kalaupun pernah, tentu lebih sering tidak."
"Kita pasti pernah menarik nafas dalam-dalam. Tentu bertujuan me-refresh, menyegarkan kembali kondisi tubuh dan pikiran saat itu."
"Kalau dibuat semacam skala ukuran nol sampai sepuluh adalah rentang tarikan nafas dan juga hembusan yang maksimal, maka boleh dikata umumnya manusia dalam kesehariannya hanya menggunakan skala nol sampai tiga atau empat saja. Boleh dicoba saat ini juga. Bagaimana?"
"Nah, dengan skala nol sampai empat saja sanggup membuat manusia hidup hingga puluhan tahun. Bagaimana kalau kita sadar dan menyadari itu adalah hal penting dan kemudian sanggup memanfaatkan sisa angka skala dengan maksimal? Tentulah setidaknya jaminan kesehatan tubuh dan mental sudah dalam genggaman."
"Maka tak heran banyak tumbuh subur tempat-tempat yoga dan pusat meditasi. Tentu hanya untuk mengingatkan agar sering-sering menghabiskan sisa angka pada skala itu."
"Tak hanya itu. Mereka juga memperhatikan kualitas oksigen yang terhirup. Tempat yang nyaman dan teduh juga jauh dari keramaian. Hingga membayangkan kerja oksigen yang memasuki tubuh dan memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak. Kedengarannya unik. Hanya dengan membayangkan saja? Iya benar unik. Tetapi itulah yang terjadi."
"Dari skala nol ke sepuluh, udara terhirup yang sanggup memenuhi kapasitas rongga dada, paru-paru tentu mendapatkan asupan oksigen yang maksimal untuk dapat diikat dan kemudian diedarkan oleh darah ke seluruh jaringan tubuh termasuk otak."
"Paru-paru sendiri tentu menjadi berguna secara maksimal. Yang mana biasanya hanya bekerja 30% sampai 40% saja, dengan maksimalnya udara yang masuk, kerja paru-paru menjadi turut maksimal. Hingga akan sanggup memperbaiki organnya sendiri bilamana ada kerusakan."
Tiba-tiba orang bermasker itu menyela, " Maaf ya, tadi anda ngomongin saya. Lemon itu memang benar adanya. Dan saya bukan ke Malaysia tapi ke Singapura. Untuk nafas-nafasan itu, saya kurang yakin. Dan saya tidak mau sepanjang hari terlihat seperti orang tenggelam...sudah ya..saya pulang dulu mau memeras lemon ini..." ujarnya seraya berlalu sambil berjalan menjinjit.
Perlahan Yoyenko memperhatikan langkah bapak bermasker itu. Oh ternyata kakinya tidak menyentuh tanah.***

Komentar