Humor | Literasi Humoria

Suatu ketika di perempatan lampu merah, Samudji berjejer bersama sepeda motor yang berboncengan. Dua-duanya lelaki. Dari setelan terlihat seperti anak sekolah menengah atas.

Keisengan Samudji menyeruak. Dan bertanyalah keisengan itu. Tentu sambil menunggu lampu merah berganti ke lampu hijau.

"Dik.. PGRI itu apa ya? Di lengannya ada huruf itu..," ujar Samudji melempar satu pertanyaan sambil menunjuk lengan baju sekolahnya dengan mata mendelik dan alis terangkat.

Remaja tanggung anak sekolah menengah atas itu sedikit kaget. Yang dibonceng segera menepuk pundak temannya. Mungkin pertanyaan yang terlalu mudah hingga memberi kesempatan pada sang teman.

"Eh..apa bro? Lu tahu? Apaan PGRI?"

"Ah.. Apaan ya?..lupa aku," sahut kawan yang di depan sembari melirik Samudji dengan raut wajah masam.

Percakapan singkat mereka sudah merupakan jawaban buat Samudji. Tak menunggu lama, pertanyaan iseng berikutnya terlempar.

"Sudahlah dik..lupakan saja.. Nah itu di kantong baju ada tulisan OSIS. Apa pula itu?"

Kembali mereka seperti gelagapan. Lebih tepatnya seperti salah baju. Mungkin mereka sering tukar menukar baju sesama teman. Karena keduanya langsung memeriksa tulisan di kantong baju masing-masing. Barangkali saja beda.

Tingkah mereka itu pun sudah merupakan jawaban buat Samudji. Hijaunya lampu rambu menyelamatkan mereka.

Serta merta mereka tancap gas berlalu sambil berteriak, "Sekarang belum tahu om...kapan-kapan saya beritahu..."

"Puluhan tahun sudah Indonesia merdeka. Apa kata Bung Karno kalau sampai beliau tahu...," gumam Samudji sambil turut tancap gas. Dengan sedikit senyum masam merasa diri zaman dulu juga sama seperti mereka.

Sepertinya ada yang berlanjut. Sepeda motor anak sekolahan itu terlihat memperlambat laju. Seperti menunggu Samudji.

"Ah..mungkin mereka sudah menemukan jawabannya," pikiran Samudji tersenyum. Sembari menyamakan laju motor. Kemudian menoleh mereka.

"Oom...di motor om itu ada platnya..huruf DK...apaan itu om?" teriak yang dibonceng. Temannya yang di depan melempar senyum legit.

Samudji merasa agak kecut. Mereka rupanya membalas. Anak muda masa kini. Tak habis pikir Samudji cepat menyahut.

"DK?...Dagang kelontong.. Iya DK itu dagang kelontong...saya pedagang kelontong."

"Hahaha... Haaa... Sama dong.. om..kita juga pedagang kelontong... Hahaha....," sahut mereka berbarengan dalam tawa riang yang lepas. Merasa kedudukan sudah imbang. Satu sama.

Kemudian kabur meninggalkan Samudji yang melongo serius mendengar lolongan tawa yang berkepanjangan. ***

Komentar

Postingan Populer