Humor | Mastin, ]V[EGADET]-[ dan Pengamen Beruban

Gemuruh suara musik dari arah kamar Dick Mastin membuat tersenyum Ibunda Nikmonza. Kawan sekamarnya, Dae Elefso pura-pura tidak mendengar. Menahan malu. Serius membolak-balik halaman majalah musik yang sudah lusuh. Sepintas terlihat wajah berjanggut Tom Araya pada kulit depannya. Sebuah majalah musik metal.

Marto Pritmen masih berusaha mengetuk pintu kamar Dick Mastin. Ketukan yang berusaha keras namun halus. Agak sungkan dengan Ibunya Nikmonza yang duduk hanya berjarak dua langkah saja.

Ibunda Nikmonza terlihat tenang. Duduk dengan kaki menyilang. Telapak kakinya seperti mengetuk-ngetuk lantai mengikuti ritme cepat dentuman musik dari arah kamar Mastin.

Mastin siang itu sedang mendengarkan tembang dari band kesukaannya. Grup band beraliran keras yang sudah mendarah daging. Sudah menyatu dalam kesehariannya. Gumaman dan senandungnya setiap saat selalu berat.

Kalau saja hanya suara musik, mungkin masih mendingan. Ini bercampur dengan suaranya Mastin. Suara yang sengau bercampur tekanan hidup yang berat. Entah Mastin yang mengikuti suara tape atau sebaliknya. Sudah tidak karuan. Mirip suara mesin diesel molen.

"Tin..Mastiin..pelanin dikit suara tapemuuu..ada tamuu," seru Pritmen dari daun pintu kamar Mastin.

Tidak ada respon. Sebagai kawan kos yang baik, kedatangan sang Ibu dari kawan kos, di samping anugerah karena oleh-olehnya, juga adalah sebuah kehormatan. Ibarat kedatangan Ibu sendiri. Haruslah kalem.

Tanpa pikir panjang Pritmen melangkah ke arah kotak sekring listrik. Dan, "Ppeett.." aliran listrik putus.

Dari dalam kamarnya Mastin masih berteriak mendendangkan My Last Words-nya ]V[EGADET]-[

"...YOU...YOU..!! NEXT VICTIM..!! YOU..NEXT TO DIE....!!"

Pintu kamarnya kemudian terbuka. Mastin belum sempat melihat dan belum sadar kalau sedang ada tamu. Dia justeru tambah beringas.

Apalagi dua bulan belum bayar kos. Dia merasa sedang dipermainkan. Sedang asyik konser, listrik dimatikan. Dia membalas dengan lirik keras dari ]V[EGADET]-[. Lebih meninggi dan menambah-beratkan keluaran suara.

Dia mencelat keluar kamar, matanya merem. Kuda-kudanya lebar. Tangannya menggasak gagang sapu lantai. Gayanya bak Dave Mustaine yang tenang dan berkarakter itu. Mulutnya melanjutkan chorus ending-nya lagu tadi,
"...YOU...YOU..!! NEXT VICTIM..!! YOU..NEXT TO DIE....!!"

Tak diduga tak dinyana, Ibunda Nikmonza langsung berdiri. Beliau melanjutkan lirik Mastin dengan suara yang tak kalah sangar.

"...YOU...COME ON..!! NEXT VICTIM..!! YOUR..TURN TO DIE....!!"

Dilengkapi dengan head bang. Memutar-mutar kepala layaknya seorang penggemar musik metal.

Dick Mastin terbelalak. Dae Elefso bengong. Marto Pritmen ternganga. Cuma Nikmonza yang tergelak berlumur tawa. Sang Ibu memang penggemar lagu-lagu keras.

"Hey..kalian tahu Atiek CB? Kalian tahu Nicky Astria? Mereka lady rockernya Indonesia. Tapi tante adalah lady metal-nya Indonesia....yeeaahhh," seringai sang Ibu dengan suara serak yang berat. Seraya mengacungkan jari kelingking dan telunjuk perlambang tanduk setan.

Menyadari hal itu, Pritmen segera menyambung aliran listrik. Dentuman ]V[EGADET]-[ berlanjut. Suara musik dikeraskan. Sang Ibu tahu diri. Cuma tersenyum. Duduk kembali.

Dalam situasi hingar tersebut, sebuah sapu lidi melayang menerobos brutal masuk ruang tengah rumah kos itu. Tepat mendarat di kursi di hadapan Ibunda-nya Nikmonza. Ibu kos yang biasanya kalem, siang itu amarahnya terpicu.

Ibu kos belum tahu sedang ada tamu unik. Dari arah luar Ibu kos berteriak, "Maaastttiinnn... Mastiin..sudah nunggak dua bulan..ngabisin setrum saja...bayar dulu..baru boleh teriak-teriak..."

Suasana langsung senyap. ]V[EGADET]-[ menghentikan konsernya. Anak-anak kos masuk kamar. Tiarap. Tinggal Nikmonza dan Ibunya di ruang tengah.

Ibu kos muncul di ruang tengah. Pandangan mata dua Ibu itu beradu.

"Oh rupanya ada tamu. Ibunya Monza ya.. Oh Ibu adalah Janis Joplin itu khan? Mirip Bu..apalagi pakai kaca mata bundar itu..," Ibu kos celingukan.

"Permisiiii...," terdengar suara dari arah luar. Depan pintu rumah kos.

"Selamat tinggal Teluk Bayur permai....
Daku pergi jauh ke negeri seberang....
Ku 'kan mencari ilmu di negeri orang....
Bekal hidup kelak di hari tua...."

Suara merdu mengalun dari seorang pengamen. Lelaki beruban dengan gitar lusuh bersenar lima.

Mastin yang kamarnya paling dekat pintu rumah, segera keluar. Memberi beberapa logam rupiah. Senyumnya mengembang. Mungkin lirik lagu dari sang pengamen berhasil mengoyak nuraninya.

Ibu kos dan Janis Joplin palsu terlihat tersenyum sembari bertepuk tangan.

"Sungguh cepat Kau mendapat pelajaran. Ambil hikmahnya naak..," ucap Ibu kos sambil memindahkan sapu lidi dari kursi. **

Komentar

Postingan Populer