Humor | Rajia bertemu Razia

Berbunga-bunga hati Rajia. Sepeda motor impian sudah menjadi miliknya. Pak Lik Sugik menghibahinya tadi pagi. Walau jenis motor tua, tetapi Rajia sangat menyukai tongkrongannya. Gagah dan ada harapan berkesan wibawa.

"Boleh Aku coba Pak Lik?"

"Oh..tentu itu sudah jadi milikmu. Kau apakan juga boleh. Asal jangan Kau jual ya..," sahut Pak Lik sambil berlalu.

Tak berapa lama Rajia sudah menggeber sang Binter Mercy. Suaranya meraung-raung. Klaksonnya agak tersendat tapi masih sanggup meronta.

"Aku harus memberitahu Mukhson. Dia pasti iri..motor tuanya kalah gagah.. Hehe..," gumam Rajia sembari melaju menyusuri gang sampai ke jalan besar.  Menuju rumah Mukhson kawannya karibnya.

Di jalan besar, Rajia benar-benar menikmatinya. Angin siang itu dia terobos tak kenal ampun. Kaos oblongnya berkibar menari gembira mengikuti riangnya suasana hati.

Dua tikungan lagi, rumah Mukhson akan terlihat. Tak dinyana tak diduga, begitu melewati tikungan terakhir, mata Rajia terbelalak. Puluhan polisi melakukan razia gabungan.

"Mati Aku..!" desis Rajia pura-pura tenang. Detak jantungnya begitu memahami situasi. Berakselerasi dengan cepat.

Rajia lupa membawa dompet. SIM-nya selalu ada di sana. Celana pun kolor. Apalagi surat motor. Dia tidak sempat menanyakan Pak Lik.

Siang itu benar-benar naas baginya. Alamat tunggangannya akan ditahan. Terbayang denda dan bolak-balik dia akan mengurus itu.

Semua kendaraan roda dua diperiksa. Satupun tak ada yang lolos. Dari kejauhan terlihat seorang Ibu merengek mengiba. Hampir mirip seperti irama tangisan. Pak polisi tidak mau tahu. Peraturan tetap peraturan. Ibu itu tetap ditindak. Sepertinya tidak membawa surat kelengkapan.

Rupanya hari itu tidak ada celah buat Rajia bermain mata. Bermain sabun. Mengeluarkan jurus kalimat berbusa. Razia gabungan memang tidak memungkinkan itu.

"Selamat Siang bapak, bisa tunjukkan SIM dan surat kelengkapan?" ujar seorang polisi dengan nada sopan dan tegas.

Rajia tidak menyahut. Celingukan.

Pak polisi menelisik motor tua itu. Mangut-mangut. Sebentar ke depan, sebentar ke belakang. Fisik motor lengkap. Tinggal mengecek surat-surat saja.

"Mana bapak.. SIM dan STNK-nya..," ujar pak polisi sekali lagi. Kali ini serius menyorot Rajia.

"Mmm...aaiik..Uuuhg...ggaggaa..aaxch...Bbrrremm..Ccuughk...," sahut Rajia dengan mimik aneh. Kedua tangannya bergerak ke sana ke mari.

"Apa pak..?..bapak bicara apa?" tanya pak polisi merasa aneh.

"Uuuwwuu.. Kaaakk.. Eeregghh.. Mmm.. Mmmemme.. Brr.rrggh," sahut Rajia kelihatan berserius ingin menyampaikan sesuatu.

"Hah..? Ini gagu juga? Sebelah sana juga gagu. Itu ngomongnya ngawur. Pakai guling-guling segala," ujar seorang polisi yang baru datang.

Mendengar ucapan polisi yang baru datang itu, Rajia langsung menoleh ke arah yang dimaksud. Terkejut dia. Mukhson, kawannya itu terlihat duduk di tanah. Berselimut debu. Tangannya menunjuk ke sana ke mari. Dia juga terkena razia.

Mukhson rupanya menggunakan trik yang sama. Pura-pura gagu. Kadang kala berhasil. Dilepas. Polisi malas berurusan dengan orang bisu, gagu apalagi tuli. Tapi kali ini razia gabungan. Agak berat.

Kepala polisi razia gabungan akhirnya memutuskan motor tua itu ditahan. Juga motor tua milik Mukhson.

"Eh.. Motor Kau keren juga bro.. Kapan dapet? Kemarin tidak ada Aku lihat di rumah Kau...," bisik tipis Mukhson begitu menghampiri Rajia.

"Sssssst... Bodoh Kauuuu...," gumam nyelekit Rajia sambil menginjak kaki Mukhson.

"Hey...tangkap dua orang gagu ini..mereka berbohong...mereka tidak gagu..beraninya mereka mempermainkan kita..." teriak seorang polisi saat menyaksikan dua orang gagu berbisik lancar. **

Komentar

Postingan Populer