Sosbud | Jujur Murni : Hal Biasa Yang Langka
Jusman terkenal kaya seantero kampung. Dia juga dikenal sebagai penganut paham kejujuran murni. Bagi yang berbeda pemahaman, akan kesulitan berkomunikasi dengannya.
Suatu ketika Jusman kedatangan rombongan tamu dari pemerintahan kota. Lengkap membawa seperti berkas data. Salah satu rombongan berkaca mata tebal dan berkumis tipis. Di atas saku kemejanya pin terselip dengan nama 'Joko'. Dan memulai percakapan.
"Pak Jus..toko elektronik di depan itu sewa tanah saja ya?"
"Oh..tidak pak..toko itu sewa tanah beserta bangunan," jawab Jusman serius.
"Berarti yang membangun gedung itu Pak Jusman ya?"
"Oh..bukan pak..bukan saya."
"Bukannya gedung itu milik Pak Jusman?"
"Benar Pak..milik saya. Gedungnya saja. Tanahnya bukan. Dan bukan saya yang membangun," sahut Jusman mangut-mangut yakin. Kalimatnya berlanjut, "Kalau tanahnya diminta ya saya mesti ambil bangunannya Pak. Tapi kelihatannya saya relakan saja kalau sampai itu terjadi."
Rombongan itu saling toleh. Penasaran. Aneh. Berkas dan data yang mereka pegang mengatakan bangunan gedung itu adalah milik Jusman. Joko sang tebal kaca dan tipis kumis, sampai belepotan nyeruput teh suguhan.
"Ini menarik..," gumam salah satu rombongan sambil memperbaiki posisi duduk dan mulai melebarkan daun telinga.
Joko memulai percakapan lagi. "Baiklah..Pak. Kami belum paham. Coba jelaskan lagi agar sesuai dengan data yang ada pada kami..atau kalau ada kesalahan agar segera diluruskan," ujar Joko dengan suara tenang, jelas, berwibawa dan terdengar seperti dimantap-mantapkan.
Seluruh rombongan berfokus. Daun telinga bergerak ke satu arah. Mata mereka menyorot tajam. Beberapa pasang mata beradu sorot dengan sorot sendu Bob Dylan pada kaos Jusman.
"Baik..saya jelaskan. Begini..ini hal yang biasa saja. Sebenarnya tidak ada masalah. Bapak-bapak sendiri yang berpikiran melebih-lebihkan. Pertama, tanah adalah milik negara. Saya sebagai pemegang hak pertama. Bisa dilihat di sertipikat. Perhatikan di halaman depan atau di halaman kedua di bawah gambar burung garuda, tertera tulisan 'salinan'. Aslinya ada pada negara. Ingat pasal 33 UUD 1945? Nah itu..cari tahu sendirilah...lagi pula kalau saya dapat hak pasti ada kewajiban. Ya membayar pajaknya. Kalau saya tidak bayar pajaknya, hak dicabut. Seperti itu. Apakah ini hal baru? Bukaann...bapak-bapak saja yang gaya..merasa memiliki...ingat undang-undang dasar Paak..sesuaikan dengan seragam bapak...hehe...," jawab Jusman panjang lebar.
"Trus yang membangun gedung itu?"
"Masa itu juga harus saya jawab?..yang membangun itu seingat saya si Ma'it, Pak Gondo, Pak Tip, Turkiyem, ada lagi itu orang dari timur..lupa saya namanya..orang gelaplah.."
Tamunya seperti menahan tawa. Wajahnya merah. Malu menertawai diri sendiri. **

Komentar