Sosial Budaya | Kawan Sejati dan Pak Tino Sidin

Pernahkah kedatangan seorang kawan kemudian hati kecil bergumam, "Ah kau..," dilanjut dengan muka datar?

Atau malah hati kecil tak bisa berkata-kata karena sudah terlebih dahulu tertabur bunga dan air muka berseri-seri?

Sang bijak pernah berkata, saat kau kedatangan seorang kawan, perhatikan kata hatimu. Karena kata hatimulah yang sanggup memilih mana kawan sejati.

Kata bijak lainnya berujar, "Kawan sejati adalah kawan yang ada saat dibutuhkan." (a friend in need is a friend indeed)

Ada seorang kawan yang begitu bertemu langsung melempar kalimat, "Haloo bro..lama tak jumpa.. Pinjamin modal dong.."

Padahal jelas dia seorang yang berkecukupan. Artinya dalam pertemuan itu dia sudah membuat batas, membuat pagar pengaman bagi dirinya. Boleh jadi dia masuk katagori manusia bermahluk sosial kelas khusus.

Bahwa kawan sejati tidak selamanya diukur dengan materi. Curahan waktu dan pikiran juga bisa menjadi ukuran.

Saat kita dianugerahi masalah, hati kecil sanggup memilih dari sekian banyak deret nama dalam buku telepon. Yang siap mewadahi tumpahan masalah dan membantu mencari jalan keluarnya.

Kawan sejati tidak rela kawannya terperosok. Dia akan sekuat tenaga memberi bantuan.

Saya bersyukur sampai saat ini memiliki dua orang kawan sejati. Kami jarang bertemu. Sebulan dua bulan belum tentu bertemu. Apalagi masing-masing sudah berkeluarga. Uniknya kedua kawan sejati itu tidak saling kenal.

Kapanpun dihubungi selalu diangkat. Kalaupun tidak sempat pasti ditelepon balik. Ini sudah berlangsung dua puluh tahun lebih.

Jangankan dalam hal curahan waktu ataupun pikiran. Urusan materi pun kami siaga saling membantu. Seperti tidak ada beban saat memberi bantuan. Bahkan justeru merasa turut senang bisa meringankan beban.

Pertemanan sejati merupakan pertemuan karakter yang saling melengkapi. Ibarat kunci dan anak kuncinya. Ibarat samurai dengan sarungnya.

Bagi sebagian orang, seringkali persahabatan tidak lebih daripada bahwa kepercayaan seseorang atau sesuatu tidak akan merugikan atau menyakiti mereka.

Nilai yang terdapat dalam persahabatan sering kali merupakan hal yang diperlihatkan secara konsisten oleh seorang sahabat. Misalnya,
*kecenderungan untuk menginginkan apa yang terbaik bagi satu sama lain.
*simpati dan empati
*kejujuran. Mengungkap kebenaran adalah sesuatu yang sulit bagi sebagian orang yang bukan sahabat.
*saling pengertian.

Pak Tino Sidin dan "Bagus" nya itu

Masih ingatkah kita dengan mendiang Pak Tino Sidin? Seorang pelukis kelahiran Tebingtinggi, Sumatra Utara. Beliau menggawangi acara TVRI bertajuk Gemar Menggambar era tahun 80-an. Akhir abad lampau.

Beliau mengajar anak-anak bahwa menggambar itu mudah. Hanya merupakan perpaduan dari garis-garis lurus dan garis-garis lengkung.

"Bagus!" adalah ucapannya yang terkenal. Ucapan yang diberikan pada tiap gambar yang dikirim pemirsa anak-anak seluruh penjuru negeri.

Apa yang bisa kita simpulkan dari warisan seorang Pak Tino Sidin dengan sebuah persahabatan?

Jawabannya, tentu ada hubungannya dan mendasar. Semua orang tentu menyadari bahwa melukis, menggambar, bagi sebagian besar orang tentu bukan hal yang mudah. Demikian halnya dengan persahabatan. Rumit dan kompleks. Penuh warna dan beragam garis-garis karakter.

Hubungan dan hal yang mendasar adalah, ucapannya yang terkenal itu. Beliau mengesankan "bagus" pada tiap gambar yang ditunjukkan. Terlepas dari kualitas gambar itu.

Bahwa ucapan, predikat "bagus" adalah ditujukan pada niat, usaha seorang anak untuk menggambar. Bagaimana seseorang akan menjadi pelukis terkenal kalau tidak ada niat dan usaha untuk menggambar?

Maka kembali pada niat dan usaha saat akan membangun sebuah persahabatan. Ucapan, kesan "bagus" bisa menjadi barometer awal terhadap terciptanya sebuah persahabatan.

Tanpa disadari, seorang kawan yang tetiba berkomentar terhadap apa yang sedang dikerjakan, bisa menjadi ikhwal bahwa orang itu bisa dijadikan sahabat atau tidak.

Saya pernah sedang mengerjakan sesuatu. Tiba-tiba datang seorang kawan. Dia langsung merendahkan hasil kerja Saya. Satu hal yang Saya ketahui Dia belum pernah sekalipun mengerjakan seperti yang Saya kerjakan. Tentu ini bukan pertanda yang baik. Sifat yang minor. Seribu jam pun dia menonton Pak Tino Sidin, tidak akan mengubah apapun.

Demikian lebih kurang hasil olah pikir saya sore ini. Semoga berguna.

Sumber : Wikipedia

Komentar

Postingan Populer