Sosbud | Kabinet Indonesia Maju dalam Teropong Ergonomi
Kabinet Indonesia Maju, selanjutnya disingkat KIM, adalah tim kerja yang baru saja dibentuk Presiden Jokowi. 55 persen berasal dari orang-orang profesional dan 45 persen dari partai politik.
Sementara Ergonomi adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang kenyamanan. Kepuasan.
Ergonomi berasal dari bahasa Yunani, Ergon yang berarti kerja dan Nomos yang berarti aturan atau hukum. Jadi ergonomi secara singkat dapat diartikan aturan atau hukum dalam bekerja. (Sutalaksana, 2006)
Secara umum ergonomi didefinisikan suatu cabang ilmu yang statis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenal sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia dalam merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu, dengan efektif sehat, nyaman, dan efisien. Tidak hanya hubungannya dengan alat, ergonomi juga mencakup pengkajian interaksi antara manusia dengan unsur-unsur sistem kerja lain, yaitu bahan dan lingkungan, bahkan juga metoda dan organisasi. (Sutalaksana, 2006)
Semboyan yang digunakan adalah “Sesuaikan pekerjaan dengan pekerjanya dan sesuaikan pekerja dengan pekerjaannya” (Fitting the Task to the Person and Fitting The Person To The Task). (Sulistiadi, 2003) menyatakan bahwa fokus ilmu ergonomi adalah manusia itu sendiri dalam arti dengan kaca mata ergonomi, kerja yang terdiri atas mesin, peralatan, lingkungan dan bahan harus disesuaikan dengan sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia tetapi bukan manusia yang harus menyesuaikan dengan mesin, alat dan lingkungan dan bahan.
Paparan dalam kutipan para ahli ergonomi di atas, jelas bahwa manusia dengan segala keterbatasannya, sistem kerjalah yang menyesuaikan.
Sering terdengar dalam keseharian ada sebutan, sikat gigi ergonomis. Kursi ergonomis. Meja ergonomis. Ruang kerja ergonomis.
Kursi yang dipasarkan di Indonesia kemudian dijual ke Eropa dipastikan tidak akan laku. Agar laku terjual, konstruksinya harus diubah. Menyesuaikan dengan antropometri (antropos=manusia, metri=ukuran), orang Eropa. Misal, tinggi lutut orang Eropa tentu berbeda dengan orang Asia. Berarti tinggi bilah duduk pada kursi tentu harus menyesuaikan. Agar tujuan memperoleh kenyamanan tercapai.
Dalam Ergonomi ada istilah persentil ke-5. Dan persentil ke-95. Ini bermaksud dari sekumpulan data antropometri, apabila menggunakan data persentil ke-95 berarti 95% dari populasi bisa menggunakan produk tersebut. Demikian sebaliknya.
Ergonomi dalam hubungannya dengan Kabinet Indonesia Maju
Seperti telah diungkapkan di atas. Bahwa sistem kerja menyesuaikan dengan segala keterbatasan manusia.
Dalam hal ini, KIM berada dalam variabel sistem kerja. Bukan dalam posisi sebagai manusia. Walau di dalamnya terdiri dari orang-orang, yang menjalankan sistem kerja.
Mengapa demikian?
Dikarenakan hanya manusialah yang mempunyai tujuan. Dan KIM bekerja untuk mencapai tujuan itu. Tujuan itu seperti tertulis dalam tujuan negara sesuai preambule UUD 1945 yang tidak boleh diamandemen itu.
Presiden Jokowi secara pribadi tentu mempunyai sasaran dan tujuan yang berbanding lurus dengan keinginan rakyat dan isi sumpah jabatannya. Terkecuali presiden bermaksud lain. Misalnya memperkaya diri.
Tujuan bernegara yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945 itulah yang menjadi variabel manusia dalam teropong ergonomi. Manusia besar yang bernama Indonesia.
Manusia besar ini tentu selamanya tidak ingin hidup susah. Tidak ingin melarat. Apalagi melihat manusia-manusia besar lainnya di muka bumi ini yang sudah hidup berkecukupan.
Agar dapat disebut sebagai sistem kerja yang ergonomis, dan 95 persen lebih dari populasi manusia besar merasakan kepuasan dan kenyamanan, seyogyanya produk ataupun sistem kerja, menggunakan data persentil ke-95.
Data antropometri persentil ke-95 manusia besar Indonesia misalnya:
-Swasembada pangan
-pendidikan murah bukan murahan
-BPJS dengan iuran seharga sarapan
-PSSI Juara Asia
-korupsi hal yang memalukan (Bukannya malah tersenyum saat berjaket orange)
-ikan laut gratis.
-tol gratis
-masuk OPEC lagi
-penambahan dua universitas negeri tiap provinsi.
-susu segar setiap hari setiap balita dan anak SD
Artinya sistem kerja (baca:KIM) harus mematok standar kerja yang tinggi. Agar capaian kerja sanggup memenuhi 95 persen keinginan manusia besar Indonesia itu.
Faktor-faktor yang menghalangi, yang tidak menguntungkan dalam standar kerja tinggi itu harus segera dibuang. Syukur-syukur sadar diri langsung mundur dan memberikan kepada yang mampu.
Sudah terlalu lama kita memakai data persentil ke-5. Cuma segelintir yang tersenyum. Sisanya mengerang. Barangkali bolehlah kali ini kita coba data persentil ke-95 itu. Sepertinya nyaman kalau setiap hari bertemu dengan orang yang tersenyum. **

Komentar